Harta kekayaan layaknya pisau atau pedang, dia bisa membawa banyak manfaat sekaligus banyak mudharat. Pedang di tangan seorang mujahid, dia bisa menjadi jalan tegaknya kebenaran dan membawa pemiliknya ke surga. Namun, pedang di tangan penjahat, dia bisa menjadi jalan kekacauan dan menghantar pemiliknya ke neraka.
Harta pun demikian, dia bisa membawa seseorang ke surga tapi bisa menjerumuskannya ke neraka. Di sinilah penting berilmu sebelum berharta. Beriman sebelum kaya raya. Yakin kepada Allah sebelum memegang dunia. Karena, siapa memiliki harta tanpa keimanan yang kuat, mudharatnya akan lebih besar daripada manfaatnya.
Imam Al-Ghazali mengibaratkan harta sebagai Ibarat ular berbisa. Bagi pawangnya, dia dapat dengan mudah menjinakkan sang ular, mengeluarkan bisanya dan membuat penawar dari racunnya. Namun, bagi orang bodoh, alih-alih bisa mengendalikannya, ular itu justru akan membunuhnya.
Maka, Imam Al-Ghazali membuat lima formula atau rumusan tentang bagaimana seseorang bisa selamat dari racun harta kekayaan. Apakah itu?
Pertama, memikirkan tujuan dari harta, yaitu untuk apa harta itu dicari, kemudian dia bertumpu pada tujuan tersebut, tidak untuk tujuan yang lain. Bagi seorang Muslim tidaklah harta dicari dan dimiliki kecuali untuk menopang ketaatan kepada Rabbnya.
Kedua, berhati-hati dalam menggunakan harta, yaitu berusaha menjaganya agar tidak tercampur dengan harta haram atau syubhat. Maka, dia akan memastikan bahwa harta yang dimiliki harus didapatkan dari jalan dan cara yang halal.
Ketiga, tidak menyimpan lebih daripada keperluan, akan tetapi menyimpannya hanya sekadar untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya, adapun selebihnya diinfakkan di jalan Allah.
Keempat, memastikan bahwa harta tersebut tidak dibelanjakan kecuali di jalan yang dibenarkan dan sesuai petunjuk syariat.
Kelima, senantiasa menjaga keikhlasan hati dan kelurusan niat, baik saat mencarinya, membelanjakannya atau menyimpan untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya. Semua dilakukan semata-mata untuk mencari keridhaan Allah Ta’ala.
Siapa mampu menunaikan kelima hal ini, akan berlaku baginya sebuah hadits yang menyatakan bahwa harta itu baik adanya lagi manis dirasakan apabila diperoleh dengan cara yang hak. Yang mana, di dalamnya keberkahan akan dia dapatkan.
Siapa yang mampu menjalankan kelima hal ini, niscaya harta yang dimilikinya (sebanyak apapun) tidak akan memudharatkannya, baik di dunia maupun di akhirat.
Itulah mengapa, Ali bin Abi Thalib ra. mengatakan bahwa apabila seseorang memiliki seluruh harta yang ada di muka bumi semata-mata karena mengharap ridha Allah (bukan atas kehendak nafsu), maka dia adalah seorang yang zuhud. (Ihya ‘Ulumuddin)
Disarikan dari buku Fadhilah Sedekah karya Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi.
Semoga informasi ini bermanfaat ya
Ingin berlangganan Tausiyah Harian dari Team Tasdiqul Quran?
HUBUNGI CHAT WA : 0812.2367.9144
Informasi Program Kunjungi Situs Resmi Kami :
www.dompetamal.com
www.blog.dompetamal.com
www.news.dompetamal.com
www.tasdiqulquran.or.id