Sekaya apapun seseorang, sebenarnya dia hanya mengaku-ngaku saja kalau semua itu adalah hartanya: rumah, kendaraan, tanah, aneka perhiasan, dan sebagainya. Karena, apa yang ada pada dirinya adalah titipan belaka. Dan, dia tidak menggunakan untuk kepentingan dirinya kecuali hanya sedikit saja.
Hanya saja, bagi orang beriman, harta adalah kendaraan yang dia pakai untuk bisa pulang kepada Rabbnya dengan sebaik-baik kepulangan. Sehingga, semua aktivitas dan prioritas terkait hartanya semua difokuskan pada kemanfaatannya bagi kehidupan setelah kematiannya.
Maka, sehebat-hebatnya orang adalah orang kaya yang bisa selamat dari harta kekayaannya. Dan, dia mendapatkan manfaat besar bagi dunia dan akhiratnya dari harta itu.
Rasulullah ﷺ bersabda:
يقول العبد مالي مالي إنما له مِن ماله ثلاثٌ ما أكل فأفنى أو لبس فأبلى أو أعطى فاقتنى وما سوى ذلك فهو ذاهب و تاركه للناس.
“Manusia selalu mengaku, ‘Hartaku! Hartaku!’ Padahal, harta yang dia miliki itu hanyalah tiga, yaitu:
(1) Apa yang dia makan lalu sirna, (2) atau yang dia kenakan lalu akan usang, (3) atau yang dia berikan (sedekahkan), maka itu yang akan menghasilkan kebaikan (bagi dunia dan akhiratnya).
Adapun selain dari itu, maka akan lenyap dan dia tinggalkan untuk orang lain.” (HR Muslim)
Dan yang pasti, harta itu pertanggungjawabannya berat. Halalnya akan dihisab. Adapun haramnya akan mendatangkan azab.
Informasi Program Kunjungi Situs Resmi Kami :
www.dompetamal.com
www.blog.dompetamal.com
www.news.dompetamal.com
www.tasdiqulquran.or.id