Shalat Dhuha termasuk satu dari tiga perkara yang diwasiatkan oleh Rasulullah ﷺ kepada Abu Hurairah ra. agar dijaga dan dimuliakan dengan sebaik-baik penjagaan dan pemuliaan.
“Kekasihku (Rasulullah ﷺ) mewasiatkan tiga perkara kepadaku, (yaitu) puasa tiga hari pada setiap bulan, dua rakaat shalat Dhuha, dan shalat Witir sebelum tidur,” demikian Abu Hurairah ra. mengatakan (HR Muslim dan Abu Dawud)
Sesungguhnya, ada banyak keberkahan yang bisa kita dapatkan dengan menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat. Dengan wasilah shakat Dhuha, urusan seorang hamba akan dimudahkan, pekerjaannya diberkahi, hatinya dilapangkan, dan hidupnya dijauhkan dari kefakiran.
Ada janji dari Rabb kita, sebagaimana terungkap dalam sebuah hadits qudsi:
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تَعْجِزْ عَنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَكْفِكَ آخِرَهُ
“Allah Azza wa Jalla berseru, ‘Wahai anak cucu Adam, janganlah kalian bermalas-malasan dari menunaikan shalat empat rakaat pada awal hari, niscaya Aku cukupi kalian pada akhir hari (sore hari).” (HR Ahmad, Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
Melalui hadis ini, Allah Ta’ala menjanjikan kecukupan rezeki bagi para ahli shalat Dhuha. Siapa yang menunaikan shalat Dhuha empat rakaat dengan sebaik-baiknya, Allah Ta’ala akan mencukupkan rezekinya sampai akhir siang.
Adapun “cukup” atau “mencukupkan rezeki” di sini memiliki beberapa makna, sebagaimana diungkapkan oleh Al-Ustadz Adi Hidayat, Lc. MA. dalam salah satu tausiyahnya, antara lain:
(01) Allah Ta’ala akan mencukupi kebutuhan ahli Dhuha sampai datangnya Maghrib. Atau, dia diberi kemudahan untuk mendapatkan rezeki dari Allah Ta’ala.
(02) Allah Ta’ala akan menjaga dan menekan nafsunya. Maka, seorang ahli shalat Dhuha hidupnya dihiasi sifat qana’ah. Dia merasa cukup dengan yang apa ada.
(03) Kadar ketakwaannya akan naik sehingga Allah Ta’ala berkenan mencukupi kebutuhannya dan menjauhkannya dari aneka keburukan. Bukankah ketakwaan adalah jalan terbaik untuk mendapatkan limpahan dan keberkahan rezeki?
(04) Ahli shalat Dhuha akan dicukupkan pahala atas amal yang tidak bisa dikerjakan pada siang itu karena suatu uzur.
Artinya, siapa terbiasa shalat Dhuha, kemudian dia terhalang dari melakukan karena ada uzur, maka pahala Dhuha, zikir dan doa yang biasa dilakukannya setelahnya tetap akan dituliskan tanpa kurang sedikit pun.
(05) Allah Ta’ala akan menjaga seorang ahli shalat Dhuha dari maksiat. Kemudian, Zat Yang Mahakuasa akan memasukkannya ke dalam golongan ahli tobat. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa:
“Tidaklah seseorang selalu mengerjakan shalat Dhuha kecuali dia telah tergolong sebagai orang yang bertobat.” (HR Al-Hakim)
Tentu saja, yang namanya rezeki bukan sebatas materi. Ada sesuatu yang lebih besar, yaitu meningkatnya ketakwaan, dibukakannya solusi atas segala masalah, hadirnya ketenangan hati, didapatkannya ampunan dan cinta Ilahi, dan dicatatnya kita sebagai hamba yang taat.
Adapun puncaknya, Allah Ta’ala ridha sehingga Dia berkenan memasukkan kita ke dalam surga-Nya.
“Siapa yang shalat Dhuha dua rakaat, dia tidak ditulis sebagai orang yang lalai. Siapa yang mengerjakannya sebanyak empat rakaat, dia ditulis sebagai orang yang ahli ibadah.
Siapa yang mengerjakannya enam rakaat, dia akan diselamatkan pada hari itu. Siapa mengerjakannya delapan rakaat, Allah tulis dia sebagai orang yang taat.
Dan, siapa yang mengerjakannya dua belas rakaat, Allah akan membangun sebuah rumah di surga untuknya.” (HR Ath-Thabrani)
Semoga informasi ini bermanfaat ya
Ingin berlangganan Tausiyah Harian dari Team Tasdiqul Quran?
HUBUNGI CHAT WA : 0812.2367.9144
Informasi Program Kunjungi Situs Resmi Kami :
www.dompetamal.com
www.blog.dompetamal.com
www.news.dompetamal.com
www.tasdiqulquran.or.id