Jangan berputus asa manakala untaian doa-doa kita belum diijabah Allah Azza wa Jalla. Mengapa? Karena, tugas kita adalah berdoa bukan mendapatkan ijabahnya. Perkara diijabah atau tidak itu adalah hak mutlak Allah.
Jika apa yang kita minta diijabah Allah, bersyukurlah atas karunia itu. Namun, jika tidak atau belum ijabah, berbahagialah karena Allah Mahatahu apa yang terbaik bagi kita. Sesungguhnya, saat doa-doa belum diijabah, menurut versi manusia yang terbatas pengetahuannya, ada banyak kebaikan dan pelajaran di sebaliknya.
Maka, penting bagi kita untuk mengetahui hal-hal apa saja yang membuat doa-doa kita tidak diijabah atau ditunda pengijabahannya. Mengapa? Agar kita bisa berlapang dada terkait doa-doa yang kita panjatkan.
Apa sajakah itu?
Pertama, Allah Ta’ala menunda pengabulan doa karena seseorang belum memenuhi syarat wajib doa, tidak menghadirkan hati, kurang memperhatikan tempat dan waktu ijabahnya doa, dan tidak memperhatikan adab-adab lainnya, baik adab lahiriah maupun adab batiniah.
Kedua, Allah Ta’ala menunda pengabulan doa karena seseorang belum bertobat dari aneka dosa dan kemaksiatan yang dilakukannya, mungkin sudah bertobat tetapi belum serius, mungkin ada barang haram yang dia konsumsi, atau ada kezaliman yang dia lakukan dan belum sempat meminta maaf.
Ketiga, Allah Ta’ala menunda pengabulan doa karena Dia ingin memberikannya pada saat yang tepat, di dunia maupun di akhirat. Maka, doa yang dipanjatkan menjadi simpanan atau tabungan baginya. Bisa pula, dengan doa itu Allah Ta’ala hilangkan keburukan yang sepadan dengan pahala doa yang dia panjatkan.
Keempat, Allah Ta’ala menunda pengabulan doa karena Dia ingin menguji sampai di mana kualitas keimanannya atau Allah ingin memurnikan keyakinan seorang hamba dari benalu-benalu kekufuran.
Kelima, Allah Ta’ala menunda pengabulan doa karena Dia ingin menyadarkan si hamba akan adanya satu hakikat penting, bahwa dia hanyalah seorang hamba dan Allah memiliki hak mutlak untuk mengatur dan memutuskan nasib semua manusia. Dan, Allah Mahatahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya.
Keenam, Allah Ta’ala menunda pengabulan doa karena Dia ingin melihat hamba-Nya senantiasa memohon dan bertaqarrub kepada-Nya. Mungkin saja jika doa itu diijabah, dia akan melupakan Allah, atau disibukkan dengan hal-hal yang membuatnya jauh dari Allah.
Ketujuh, Allah Ta’ala menunda pengabulan doa karena jika dikabulkan akan mendatangkan kemudharatan yang menimpa diri dan keluarganya. Mungkin, apa yang dimintanya tampak baik, akan tetapi menurut ilmu-Nya Allah ada keburukan di sebaliknya.
Kedelapan, Allah Ta’ala menunda pengabulan doa karena doa yang dipanjatkan hamba itu belum sesuai dengan kapasitas dirinya, terlalu besar, memiliki jangka waktu yang panjang, atau dia belum siap jika doa itu dikabulkan. Bukankah setiap doa memiliki masa dan ukurannya?
Maka, terkait ijabah dan tidak ijabahnya doa, ada sebuah nasihat berkelas yang diungkapkan oleh seorang saleh dari kalangan salaf. Dia berkata:
“Aku berdoa kepada Allah untuk hajat kebutuhanku. Kalau Allah memberikan (apa yang aku hajatkan) niscaya aku bahagia. Namun, kalau Allah tidak memberikan apa yang aku inginkan, maka aku sepuluh kali lebih bahagia.
Mengapa? Karena yang pertama adalah keinginanku. Adapun yang kedua adalah kehendak Allah (yang tentunya adalah yang terbaik untukku).”
Disarikan dari Nasihat-Nasihat Rasulullah ﷺ: Penawar Lelah Pengemban Dakwah, karya Dr. Abdullah Azzam dan lainnya.
Semoga informasi ini bermanfaat ya
Ingin berlangganan Tausiyah Harian dari Team Tasdiqul Quran?
HUBUNGI CHAT WA : 0812.2367.9144
Informasi Program Kunjungi Situs Resmi Kami :
www.dompetamal.com
www.blog.dompetamal.com no
www.news.dompetamal.com
www.tasdiqulquran.or.id